10
ALASAN YANG TIDAK SEHAT UNTUK MENIKAH
1. Sengaja membuat jengkel orang tua
Hampir tidak
dapat dipercaya bahwa ada orang yang menikah untuk membuat jengkel dan
menyakiti hati orang tua mereka, bahkan ada kecenderungan untuk balas dendam
atas ketidaknyamanan yang dirasakan mereka. Kemarahan dan
kejengkelan mereka karena ketidaksetujuan orang tua terhadap
pilihan-pilihan mereka, pilihan karir,
teman-teman, khususnya kekasih mereka. Kemarahan dan kejengkelan itu dapat
mendorong mereka berbuat sesuatu yang bodoh, seperti menikah tanpa
memikirkannya dengan sungguh-sungguh yang berakibat fatal. Orang yang menikah
karena ingin membuat jengkel orang tua memandang pasangannya bukan sebagai
kekasih, teman, dan sahabat, melainkan sebagai jalan keluar dari orang tua yang
dominan.
2. Melarikan diri dari rumah yang tidak
menyenangkan
Ada orang yang
tumbuh di situasi yang tidak menyenangkan atau sulit, dan yang mereka ingin
lakukan hanyalah melarikan diri. Mungkin ada aniaya fisik, verbal atau seksual.
Satu atau kedua orang tua mungkin kecanduan alcohol atau narkoba. Rumah tangga
berupa daftar panjang kemarahan, teriakan, makian dan pertengkaran. Apapun
alasannya, beberapa orang muda ini ingin kabur dari rumah, seringkali melihat
pernikahan sebagai jalan keluar. Ini sangat keliru dan tidak bijaksana. Hasrat
untuk melarikan diri dari rumah yang tidak menyenangkan bukanlah alasan untuk
menikah. Orang yang menikah untuk melarikan diri jarang menemukan apa yang
mereka cari. Akhirnya, mereka hanya menukar satu jenis ketidakbahagiaan dengan
ketidakbahagiaan yang lain.
3. Gambar diri yang negatif
Sayangnya ada
orang yang menikah dengan harapan pernikahan ini akan membuat mereka merasa
berharga dan memberi makna bagi hidup mereka. Gambar diri mereka begitu rendah
sehingga mereka terus memerlukan orang lain untuk meneguhkan nilai diri mereka
dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka baik-baik saja. Menikah dalam
kepribadian yang tidak utuh akan mengalami kesulitan bahkan sebelum mulai
berjalan. Pernikahan tidak akan mengatasi gambar diri yang negatif. Pernikahan
membesarkan kekurangan dalam karakter kita dan memaparkan konsep diri kita.
Sedangkan pernikahan yang sehat menyatukan dua pribadi yang utuh, bukan dua
pribadi yang tidak utuh, yang membentuk suatu kesatuan yang lebih besar
daripada bagian-bagiannya.
4. Menikah untuk mengatasi kekecewaan akibat
ditinggal kekasih
Orang yang
disakiti dalam hubungan atau pernikahan yang lalu sering merasa kecil hati dan
depresi, dengan harga diri yang rendah sekali. Mereka cepat masuk ke dalam
suatu hubungan baru dengan orang pertama yang datang menawarkan simpati atau
perhatian. Melalui ini mereka berharap tidak hanya meredakan sakit hati mereka,
tetapi juga membuktikan kepada diri mereka sendiri bahwa tidak ada yang salah dengan
diri mereka. Anda tidak perlu menikah untuk membuktikan bahwa anda baik-baik
saja. Masalah pernikahan untuk mengatasi kekecewaan akibat ditinggal kekasih
adalah pernikahan yang bukan berdasarkan cinta, melainkan kenyamanan.
Pernikahan “untuk mengatasi kekecewaan akibat ditinggal kekasih” pasti
menimbulkan masalah.
5. Takut ketinggalan sendirian
Ketakutan ini
mempengaruhi baik pria maupun wanita, tetapi cenderung menghantam wanita lebih
keras daripada pria, khususnya ketika mereka semakin tua. Bahkan di dalam
masyarakat modern, pengertian nilai diri wanita dikaitkan dengan pernikahan,
rumah, dan keluarga lebih daripada pria. Banyak wanita mulai khawatir ketika
mereka mencapai usia 30 dan masih belum menikah. Dengan pola pikir seperti ini,
ada wanita yang akan menyambar pria pertama yang memperhatikan dirinya. Pria
ini mungkin tidak cocok dengan dirinya, tetapi bagi wanita tersebut itu tidak
penting. Kepanikan dan ketakutannya menjadi “perawan tua” telah mendorongnya
kedalam keputusan yang buruk.
Pria membuat
kesalahan yang sama. Takut akan menjadi bujangan seumur hidup, ada pria yang
menikahi wanita yang tidak tepat bagi diri mereka. Takut ketinggalan sendirian
menyebabkan banyak pria dan wanita menerima pernikahan yang kurang dari apa
yang seharusnya mereka peroleh apabila mereka sabar dan percaya kepada Allah.
Dalam hal ini kebahagiaan yang mereka cari tidak mereka peroleh, dan sebagai
gantinya mereka malah mengalami penderitaan.
6. Takut akan kemandirian
Ada orang yang
tumbuh begitu bergantung kepada orang tua mereka sehingga ketika menjadi
dewasa, dan menghadapi kemungkinan hidup sendiri di luar, mereka menikah agar
mempunyai seseorang untuk diandalkan. Anak-anak yang bertumbuh dengan terus
bergantung kepada orang tua sering memasuki pernikahan dengan harapan pasangan
mereka akan mengurus mereka dan memberikan rasa aman yang selama ini mereka
rasakan. Tak seorang pun yang takut akan kemandirian siap untuk menikah.
Pernikahan yang berhasil mengharuskan, baik suami maupun istri merasa nyaman dan
sanggup hidup mandiri.
7. Takut melukai pasangan
Ini sering
terjadi ketimbang yang kita bersedia akui. Misalkan saja seorang pemuda dan
seorang pemudi sudah berkencan untuk beberapa waktu. Si pemudi mulai berbicara
soal pernikahan, tetapi si pemuda belum begitu yakin. Walaupun si pemuda sadar
bahwa ia tidak mencitai si pemudi dan tahu bahwa pernikahan bukanlah
jawabannya, ia takut apa yang akan terjadi apabila ia memutuskan hubungan
mereka. Mungkin si pemudi berkata lebih dari sekali. “Kalau kamu meninggalkan
aku, aku pasti mati!” atau bahkan lebih mengancam, “Kalau kamu meninggalkan
aku, aku akan bunuh diri!” Karena si pemuda tidak tahu cara untuk mengatakannya
dan tidak mau melukai si pemudi, Ia menawarkan untuk menikah. Peran itu bisa
dibalik, dengan si pemuda yang mendesak kekasihnya yang masih belum yakin apa
yang harus dilakukan.
Tidak ada
pernikahan yang berhasil apabila didasari atas ketakutan apa pun. Jangan
menikah hanya karena Anda takut melukai pasangan. Jauh lebih baik bagi Anda
untuk menderita sementara sekarang daripada menikah dan menempatkan diri dalam
penderitaan seumur hidup.
8. Menjadi ahli terapi atau konselor bagi
pasangan
Mungkin Kedengaran
konyol, tetapi inilah alasan sebagian orang untuk menikah. Mereka merasa
bertanggungjawab atas seseorang yang memerlukan manfaat dari kebijaksanaan,
pendapat, dan nasihat mereka. Berhati-hatilah. Pria, hanya karena seorang gadis
datang kepada Anda untuk konseling tidak berarti Anda harus menikahinya. Wanita,
hanya karena seorang pemuda mungkin meminta nasihat Anda tidak berarti ia harus
menjadi suami Anda. Pernikahan bukanlah forum yang tepat untuk terapi. Masih ada
jalan lain.
Pernikahan yang
sehat adalah bersatunya seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai mitra
setara, yang keduanya sama-sama dewasa secara emosional dan aman dalam gambari
diri serta identitas pribadi mereka. Apabila Anda menikahi seseorang yang
selalu memandang Anda sebagai konselor, Anda tidak akan pernah dapat
beristirahat dan ia akan menyerap secara emosional. Tak seorang pun yang
membutuhkan konseling terus-menerus siap untuk menikah.
9. Karena sudah berhubungan seks
Ada sebuah ajaran
lama yang mengajarkan bahwa seorang pria dan wanita yang telah berhubungan seks
sebenarnya sudah menikah walaupun belum secara hukum. Ini sama sekali tidak
benar. Seks tidak sama dengan menikah. Seks saja tidak membentuk atau merusak
pernikahan. Menurut rancangan Allah, seks hanya benar di dalam ikatan
pernikahan. Seks meningkatkan dan memperkaya pernikahan yang sudah didirikan di
atas landasan yang benar. Di luar pernikahan, seks tidak benar dan secara
psikologis merusak, secara emosional berbahaya, dan dosa. Jadi, berhubungan
seks bukanlah alasan untuk menikah; ini adalah alasan untuk bertobat. Pantang berhubungan
seks adalah satu-satunya perilaku yang tepat bagi orang yang tidak menikah,
khususnya bagi orang percaya.
10. Karena sudah hamil
Kehamilan
bukanlah alasan yang lebih kuat untuk menikah dibandingkan hubungan seks. Fakta
kehamilah saja bukanlah landasan yang cukup untuk menikah. Di permukaan,
kehamilan hanyalah dampak dan bukti dari aktifitas seksual. Ini tidak
menunjukkan adanya kasih atau komitmen di antara pria dan wanita yang
mengandung. Menambah dosa dan kesalahan akibat kehamilan di luar nikah dengan
kesalahan berupa pernikahan yang buruk adalah tindakan bodoh dan tidak
bijaksana, ini pasti menyebabkan sakit hati dan penderitaan bagi semua yang
terlibat, khususnya bagi anak yang tidak bersalah yang terperangkap di tengah-tengah
ini semua. Walaupun Anda tidak pernah menikah dengan orang yang membuat Anda
hamil, Allah dapat memberi Anda berdua kasih karunia dan hikmat untuk bertindak
bijaksana demi kesehatan dan kesejahteraan si anak.
sumber: The Purpose and Power of Love & Marriage by Myles Munroe